Kamis, 03 Oktober 2013

BERJALAN DALAM KEBENARAN

Bacaan Alkitab: Matius 24:37-44

"Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia."Matius 24:37


Keselamatan yang dialami oleh Nuh dan keluarganya adalah upah dari ketaatannya. Nuh telah terbukti mampu hidup dalam kebenaran meski berada di tengah-tengah dunia yang dipenuhi dengan kejahatan.

"Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah."(Kejadian 6:9). Ketika orang-orang sezamannya lebih memilih hidup menurut keinginan daging dan memuaskan hawa nafsunya, Nuh justru secara konsisten berjalan dalam kehendak Tuhan. Ia senantiasa membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan; dan terhadap orang yang bergaul karib denganNya Tuhan menyatakan diriNya sebagai sahabat, sehingga"...perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."(Mazmur 25:14). Isi hati, kehendak dan rencana Tuhan pun disampaikan kepada Nuh:"...sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa."(Kejadian 6:17).

Meskipun orang-orang di sekitarnya mencemooh, mencibir, mengintimidasi, mentertawakan dan menilai tindakan Nuh membuat bahtera adalah konyol, karena waktu itu tidak ada tanda akan turun hujan, tak sedikit pun melemahkan dan menggoyahkan imannya.
Nuh"...dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan-dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya"(Ibrani 11:7).
Tanpa memiliki iman yang teguh serta penyerahan hidup penuh kepada Tuhan mustahil Nuh dapat mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Hal ini membuktikan bahwa ia memiliki integritas! Nuh berprinsip"...harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia."(Kisah 5:29). Walaupun keadaan dan situasi sekitar sama sekali tidak mendukungnya untuk hidup dalam kebenaran, Nuh berani melawan arus!

Di tengah dunia yang dipenuhi ketidakbenaran dan kejahatan, inilah kehendak Tuhan,"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,"(Roma 12:2).

Sudahkah kita menempatkan kehendak Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup ini? Ataukah kita malah berkompromi dengan kehidupan duniawi?

HATI YANG MAU DIBENTUK

Bacaan Alkitab: Mazmur 51

"Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku."Mazmur 51:5

Adalah tidak mudah bagi kita untuk menerima teguran dari orang lain. Seringkali kita menjadi marah, tersinggung atau merasa direndahkan ketika orang lain menegur dan mengingatkan kesalahan yang telah kita perbuat.

Ada teguran yang mendidik yang membuat seseorang sadar akan kesalahannya, namun ada pula teguran yang justru mematahkan semangat. Teguran yang bertujuan untuk mendidik dan meluruskan jalan yang bengkok adalah yang sesuai dengan firman Tuhan, seperti teguran Natan terhadap Daud berkenaan dengan perselingkuhannya dengan Betsyeba:"Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat dimataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon."(2 Samuel 12:9). Meski sebagai raja atau pemimpin besar, Daud tidak tersinggung dengan teguran itu. Sebagai seorang pemimpin besar pun, kita harus siap menerima teguran. Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau diajar dan ditegur. Inilah yang disebut kerendahan hati. Alkitab menegaskan,"Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."(Yakobus 4:6). Daud menerima teguran keras dari nabi Natan tersebut yang akhirnya membuat Daud bertobat dan menulis Mazmur 51 ini sebagai doa pengakuannya. Dengan hati yang hancur Daud datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan atas segala dosa-dosanya, memohon pengudusan serta perkenanan Tuhan. Daud juga senantiasa membuka hati untuk dikoreksi dan diselidiki oleh Tuhan."Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!"(Mazmur 51:12). Hati yang terbuka artinya hati yang siap ditegur dan dikoreksi oleh Roh Kudus.

Karena memiliki hati yang tulus dan jujur mengakui dosa-dosanya di hadapan seluruh rakyat dan tidak takut dipermalukan oleh manusia, Daud beroleh pengampunan dari Tuhan. Pertobatan menghasilkan pemulihan dan urapan yang baru! Setelah jatuh, Daud tidak membiarkan dirinya terpuruk, ia tetap bangkit sekalipun harus bayar harga yang sangat mahal.

Asal kita mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, siap ditegur dan bertobat dengan sungguh, Tuhan pasti akan memulihkan keadaan kita!

Selasa, 17 September 2013

BERBUAH DAN SEMAKIN KUAT

Bacaan Alkitab: Kolose 1:3-14

"...dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah." Kolose 1:10b


Dalam Alegori tentang pokok anggur yang benar (baca Yohanes 15:1-8) Tuhan Yesus menyatakan bahwa hidup setiap ranting itu sangat bergantung pada pokok anggur. Supaya menghasilkan buah, ranting harus tetap berada dan menyatu dengan pokok anggur karena "Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (Yohanes 15:6).

Keberadaan orang percaya adalah sebagai ranting dalam pokok anggur yang benar. Agar berbuah, ranting harus tinggal tetap dalam Kristus dan bertekun dalam ketaatan. Bukan hanya tinggal tetap dalam Kristus, tapi juga harus berbuah, menghasilkan kebaikan-kebaikan hidup dan kemuliaan bagi namaNya serta membawa jiwa-jiwa kepada Kristus. Seseorang yang tidak bertekun dalam iman dan tidak taat sama artinya telah keluar dari pokok anggur tersebut, dan tinggal tunggu waktu untuk dipotong serta dibuang dari pokok anggur.

Ada tiga macam buah yang diinginkan Tuhan dalam kehidupan orang-orang percaya, yaitu buah pertobatan, buah Roh dan buah pelayanan. Bila kita sudah menjadi Kristen bertahun-tahun tetapi tidak menghasilkan buah akan sangat menyedihkan hati Tuhan. Bukankah kita sudah banyak mendengar dan memperoleh pengajaran-pengajaran tentang firman Tuhan dan juga memiliki kesempatan yang luas untuk melayaniNya? Jadi kehidupan Kristen adalah kehidupan yang terus bertumbuh dan berbuah. Pertumbuhan itu akan tampak apabila kita benar-benar menanggalkan kehidupan lama kita, sebab "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).

Hidup yang berbuah adalah hidup yang mempermuliakan nama Tuhan, dan Dia rindu agar buah yang kita hasikan itu tetap dan tidak berubah. Bila kita sudah berbuah, apa yang kita minta kepada Tuhan pasti akan diberikanNya, asalkan sesuai kehendakNya dan bukan untuk memuaskan keinginan daging. Semakin berbuah lebat semakin kuat pula kita di dalam Tuhan.

Meskipun badai kehidupan datang silih berganti menerpa kita, hal itu takkan menggoyahkan kita karena persoalan yang kita alami itu tidak melebihi kekuatan kita (baca 1 Korintus 10:13) dan kita yakin bahwa Tuhan ada di pihak kita!

Jumat, 13 September 2013

SUDAH TERUJIKAH KESETIAAN KITA?

Bacaan Alkitab:  Markus 14:66-72
 
 "Tetapi ia menyangkalnya dan berkata:  'Aku tidak tahu dan tidak mengerti apa yang engkau maksud.'  Lalu ia pergi keserambi muka  (dan berkokoklah ayam)."   Markus 14:68
 
Menjelang hari penyalibanNya Tuhan Yesus mempersiapkan diri dengan berdoa.  Ia mengajak serta Petrus, Yakobus dan juga Yohanes ke taman Getsemani.  Setiba di situ Yesus maju sedikit beberapa langkah dan berdoa sendiri kepada Bapa.  Ia pun berpesan agar ketiga muridNya itu tetap berjaga-jaga.  Namun ketika Yesus datang kembali Ia menjumpai ketiganya sedang tertidur,  "Dan Ia berkata kepada:  'Simon, sedang tidurkah engkau?  Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam?'"  (Markus 14:37b).
 
Peristiwa di atas terjadi sampai tiga kali ketika Tuhan Yesus menjumpai mereka sedang tidur.  Petrus yang semula begitu yakin akan dirinya, bahwa ia tidak akan meninggalkan Tuhan Yesus sekali pun murid-murid yang lain meninggalkannya  (bahkan ia berani mati untuk Tuhan Yesus), kini dijumpai tertidur dan tidak mau berdoa.  Bukankah hal ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan anak-anak Tuhan saat ini yang merasa diri sudah yakin akan kekuatan diri sendiri, sehingga menjadi lengah dan tidak mau berdoa lagi?  Tuhan Yesus mengingatkan,  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:  roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Petrus mengandalkan kekuatan sendiri, berjalan menurut kehendak dan jalan pikirannya sendiri.  Keadaannya tentu berbeda jika ia mengandalkan Roh Kudus, di mana Roh Kudus yang akan memimpinnya seperti tertulis:  "...Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;"  (Yohanes 16:13a). 
Meninggalkan jam-jam doa akan membawa kita semakin jauh dari Tuhan, bahkan dapat menyebabkan kita meningalkan Tuhan.  Ketika Tuhan Yesus ditangkap, murid-muridNya meninggalkan Dia, tak terkecuali Petrus, dan pada waktu Tuhan Yesus dibawa menghadap Imam Besar,  "...Petrus mengikuti Dia dari jauh, sampai ke dalam halaman Imam Besar,..."  (Markus 14:54).  Baru saja Petrus berkata bahwa ia tak akan meninggalkan Tuhan Yesus  -bahkan berani mati bersama Tuhan Yesus-, sebelum ayam berkokok dua kali sudah menyagkalNya tiga kali.  Petrus tidak hanya menyangkal, bahkan  "...mengutuk dan bersumpah:  'Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!'"  (Markus 14:71).

Bagaimana dengan kita?  Benarkah kita setia kepada Tuhan ataukah kita sudah menyangkalNya melalui perbuatan kita tanpa kita sadari?

KETAKUTAN AKAN MAUT - JEMBATAN YANG HALUS

Saat saya berusia tiga belas tahun, saya dan teman-teman mulai belajar Al-Quran di rumah seorang Haji. Pak Haji sering menceritakan tentang kematian dan apa yang terjadi pada orang yang meninggal. Dia menjelaskan bahwa kematian seperti menyeberang jembatan yang sangat halus, lebih halus dari sehelai rambut. Sungguh, hal itu merupakan penjelasan yang sangat menakutkan.

Menurut Pak Haji, jika kami ingin selamat menyeberang jembatan halus itu, kami harus banyak beramal. Namun, itupun belum dapat menjamin bahwa kami pasti masuk sorga. Sebab, bagi seorang Muslim tidak ada “kepastian” akan sorga. Karena rasa takut akan pengajaran Pak Haji mengenai kematian, saya memutuskan untuk tidak mengikuti pelajarannya jika topik yang diajarkan mengenai kematian

Kejadian Di Liang Kubur
Menurut kepercayaan orang Muslim, seseorang yang meninggal dan jasadnya telah dimasukkan ke dalam liang kubur, maka orang-orang yang membawa jenazahnya harus terlebih dahulu mundur tujuh langkah dari kuburan.
Sesaat setelah jenazah selesai dimakamkan, maka akan datang dua malaikat. Yaitu Munkar dan Nankir. Bersamaan dengan kedatangan mereka, orang yang dalam kubur itupun akan kembali hidup. Kedua malaikat itupun menanyakan beberapa pertanyaan. Antara lain: "Siapakah nabi saudara?", "Buku manakah buku suci saudara?". Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang menurut saya cukup sulit.
Pak Haji juga memberi pada kami semua jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut. Dan sekali lagi dia menegaskan, sekalipun kami sudah memberikan jawaban yang betul, masih belum dapat menjamin masuk sorga.

Berteman Dengan Orang Kristen
Seiring berjalannya waktu, sayapun melanjutkan pendidikan ke SMU. Di sekolah ini saya juga mendapat pendidikan agama, tetapi saya sangat senang dengan ajaran-ajarannya yang positif. Antara lain, kami diajarkan bahwa Allah Maha Esa adanya. Kami wajib mencintai orang tua, tidak boleh mencuri, membenci dll.
Di sekolah ini saya berteman dengan orang Kristen. Walau saya menganggap agama Kristen agama palsu, tapi saya terpengaruh oleh kelakuan orang Kristen yang cukup baik. Mereka meneladani apa yang diajarkan oleh agama mereka.
Sebaliknya, di kampung kami para tetangga sering bertengkar dan kadang minta pertolongan dukun untuk mengutuk orang lain. Laki-laki mempunyai isteri lebih dari satu sehingga para isterinya sering bertengkar soal harta. Walau kehidupan orang Kristen baik, tapi saya tidak ingin menjadi Kristen, sebab Kristen agama palsu.

Amal ibadah tidak dapat menyelamatkan
Sesudah tamat SMU, saya melanjut ke universitas. Di sinipun saya mendapat pendidikan agama. Saya mulai banyak berdoa untuk mendapat keyakinan bahwa Islam adalah agama benar. Tetapi ketakutan itu tetap ada, dan saya tidak mendapatkan kepuasan dalam hati.
Satu hari saya bertemu dengan seorang Kristen. Kami berdiskus tentang agama, sorga dan jalan menuju sorga. Dari hasil diskusi dengan dia, saya menyadari bahwa saya tidak dapat mengusahakan keselamatan saya sendiri melalui setiap amal yang saya lakukan. Karena dosa yang saya lakukan lebih banyak. Namun saya menemukan satu janji dalam Injil, bahwa darah Isa Al-Masih dapat membersihkan hati saya dari segala dosa.

Menerima Isa Al-Masih Sebagai Juruselamat
Sebagai akibatnya, saya bertobat dan meminta Isa Al-Masih menjadi Juruselamat saya. Setelah saya menerima keselamatan dari-Nya, saya tidak takut akan kematian dan menyeberang jembatan halus. Saya menyadari bahwa Dialah yang membawa saya ke sorga pada saat kematin.
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita [dengan darah Isa al-Masih] dari segala kejahatan." (Injil, Surat 1 Yohanes 1:9)
 

TIDAK MAU BAYAR HARGA

Bacaan Alkitab: Matius 8:18-22

"Yesus berkata kepadanya: 'Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.' "Matius 18:20

Bila berbicara tentang upah dan berkat, setiap anak Tuhan pasti akan merespon dengan semangat dan antusias yang tinggi. Namun bila ada pertanyaan siapa yang mau menderita untuk Kristus, jawabnya pasti pikir-pikir dulu, kalau bisa lari dan menghindar saja dari penderitaan. namun inilah syarat utama untuk mengikut Yesus!
 
Harga untuk menjadi muridNya mengacu kepada harga yang harus kita bayar untuk melayani Tuhan. Seringkali hari-hari kita dipenuhi keluh kesah, sungut dan ketidakpuasan mengikut Tuhan. Menghadapi masalah atau ujian sedikit saja kita langsung ogah-ogahan dan beribadah asal saja, padahal upah melayani Tuhan jauh melebihi harganya yang kita bayar."...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."(Roma 8:18). Dia memberkati kita dengan kebenaran, damai sejahtera, sukacita, kemenangan dan kehidupan kekal. Namun jalan terbaik memiliki hidup yang diberkati adalah dengan melakukan apa yang Yesus katakan, berapa pun harganya, karena Dia datang untuk memberi kita hidup yang berkelimpahan (baca Yohanes 10:10). Sayang, banyak di antara kita belum memiliki penyerahan hidup secara total kepada Tuhan. Kita hanya mengingini berkatNya saja tetapi tidak mau membayar harga karena kita lebih mencintai dunia ini dan tidak mau melepaskannya. Tuhan tidak ingin kita sekedar pengikutNya saja atau sekedar menjadi pendengar firman.

Bila kita memutuskan menjadi muridNya, kita juga harus memiliki komitmen untuk mentaati perintah-perintah Yesus setiap hari."Jika kamu tetapi dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu"(Yohanes 8:31). Sesungguhnya melakukan perintah Tuhan bukanlah suatu beban yang berat."Sebab Kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan."(Matius 11:30). Namun banyak orang menolak kuk itu, bahkan kehadiran Tuhan Yesus pun tidak diinginkannya.
 
Jika meninggalkan Tuhan demi mempertahankan sesuatu, kita akan kehilangan segala sesuatunya; keputusan ada pada kita. Maukah kita kehilangan segalanya?  
  

Rabu, 11 September 2013

BERANI MENYATAKAN KEBENARAN

Bacaan Alkitab: Matius 3:1-12

"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  Matius 3:8

Sebagai hamba Tuhan biarlah kita memiliki kerendahan hati dalam pelayanan karena semua itu adalah anugerah Tuhan semata.  Jika dipercaya dan dipakai olehNya, itu bukan karena kuat dan gagah kita, bukan karena kita pintar dan bukan karena kita kaya.  Jadi tidak ada alasan sedikit pun untuk kita menjadi sombong, apalagi sampai mencari hormat dan pujian dari manusia.  Tugas kita adalah menyatakan kebenaran dan membawa umat kepada pertobatan.

Sarana dan prasana di mana seseorang berkhotbah itu tidak penting.  Buktinya Yohanes pembaptis tidak berkhotbah di tempat-tempat yang besar atau gereja yang megah, tapi justru berkhotbah di padang gurun Yudea.  Baginya yang penting adalah menyelesaikn tugas dan misinya bagi Kerajaan Sorga.  Tuhan Yesus sendiri  "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."  (Filipi 2:6-7), demi menyelesaikan tugas dari Bapa, bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib.  Dalam pelayanan pun Yohanes pembaptis adalah seorang yang tegas.  Dia berkata,  "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"  (Matius 3:2).  Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak takut untuk menyerukan supaya semua orang bertobat;  ia tidak takut menelanjangi dosa-dosa manusia;  ia tidak takut menegakkan kebenaran Injil, sebab jika manusia tidak segera bertobat mereka akan mengalami kebinasaan kekal, sebab  "...upah dosa ialah maut;  tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).  Satu-satunya jalan memperoleh keselamatan kekal adalah percaya kepada Yesus Kristus, bukan yang lain, karena Dialah satu-satunya jalan keselamatan itu.  Tertulis:  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).

Bukankah kita seringkali takut dan malu menyerukan kata pertobatan?  Kita tidak berani menyinggung dosa secara terang-terangan karena kita takut dibenci dan dijauhi oleh teman atau rekan bisnis.  Jika dengan tegas menegur dosa, kita takut tidak diundang lagi untuk berkhotbah sehingga isi khotbah kita pun hanyalah berbicara tentang berkat, berkat dan berkat.

Jangan pernah takut menyerukan kebenaran Injil karena Roh Kudus turut bekerja dan menyertai kita!