Saat saya berusia tiga belas tahun, saya dan teman-teman mulai belajar
Al-Quran di rumah seorang Haji. Pak Haji sering menceritakan tentang
kematian dan apa yang terjadi pada orang yang meninggal. Dia
menjelaskan bahwa kematian seperti menyeberang jembatan yang sangat
halus, lebih halus dari sehelai rambut. Sungguh, hal itu merupakan
penjelasan yang sangat menakutkan.
Menurut Pak Haji, jika kami ingin selamat menyeberang jembatan halus
itu, kami harus banyak beramal. Namun, itupun belum dapat menjamin
bahwa kami pasti masuk sorga. Sebab, bagi seorang Muslim tidak ada
“kepastian” akan sorga. Karena rasa takut akan pengajaran Pak Haji mengenai kematian, saya
memutuskan untuk tidak mengikuti pelajarannya jika topik yang diajarkan
mengenai kematian
Kejadian Di Liang Kubur
Menurut kepercayaan orang Muslim, seseorang yang meninggal dan
jasadnya telah dimasukkan ke dalam liang kubur, maka orang-orang yang
membawa jenazahnya harus terlebih dahulu mundur tujuh langkah dari
kuburan.
Sesaat setelah jenazah selesai dimakamkan, maka akan datang dua
malaikat. Yaitu Munkar dan Nankir. Bersamaan dengan kedatangan mereka,
orang yang dalam kubur itupun akan kembali hidup. Kedua malaikat itupun
menanyakan beberapa pertanyaan. Antara lain: "Siapakah nabi saudara?",
"Buku manakah buku suci saudara?". Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya
yang menurut saya cukup sulit.
Pak Haji juga memberi pada kami semua jawaban-jawaban atas
pertanyaan tersebut. Dan sekali lagi dia menegaskan, sekalipun kami
sudah memberikan jawaban yang betul, masih belum dapat menjamin masuk
sorga.
Berteman Dengan Orang Kristen
Seiring berjalannya waktu, sayapun melanjutkan pendidikan ke SMU. Di
sekolah ini saya juga mendapat pendidikan agama, tetapi saya sangat
senang dengan ajaran-ajarannya yang positif. Antara lain, kami diajarkan
bahwa Allah Maha Esa adanya. Kami wajib mencintai orang tua, tidak
boleh mencuri, membenci dll.
Di sekolah ini saya berteman dengan orang Kristen. Walau saya
menganggap agama Kristen agama palsu, tapi saya terpengaruh oleh
kelakuan orang Kristen yang cukup baik. Mereka meneladani apa yang
diajarkan oleh agama mereka.
Sebaliknya, di kampung kami para tetangga sering bertengkar dan
kadang minta pertolongan dukun untuk mengutuk orang lain. Laki-laki
mempunyai isteri lebih dari satu sehingga para isterinya sering
bertengkar soal harta. Walau kehidupan orang Kristen baik, tapi saya
tidak ingin menjadi Kristen, sebab Kristen agama palsu.
Amal ibadah tidak dapat menyelamatkan
Sesudah tamat SMU, saya melanjut ke universitas. Di sinipun saya
mendapat pendidikan agama. Saya mulai banyak berdoa untuk mendapat
keyakinan bahwa Islam adalah agama benar. Tetapi ketakutan itu tetap
ada, dan saya tidak mendapatkan kepuasan dalam hati.
Satu hari saya bertemu dengan seorang Kristen. Kami berdiskus
tentang agama, sorga dan jalan menuju sorga. Dari hasil diskusi dengan
dia, saya menyadari bahwa saya tidak dapat mengusahakan keselamatan saya
sendiri melalui setiap amal yang saya lakukan. Karena dosa yang saya
lakukan lebih banyak. Namun saya menemukan satu janji dalam Injil,
bahwa darah Isa Al-Masih dapat membersihkan hati saya dari segala dosa.
Menerima Isa Al-Masih Sebagai Juruselamat
Sebagai akibatnya, saya bertobat dan meminta Isa Al-Masih menjadi
Juruselamat saya. Setelah saya menerima keselamatan dari-Nya, saya
tidak takut akan kematian dan menyeberang jembatan halus. Saya menyadari
bahwa Dialah yang membawa saya ke sorga pada saat kematin.
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil,
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita
[dengan darah Isa al-Masih] dari segala kejahatan." (Injil, Surat 1 Yohanes 1:9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar